Upaya Meningkatkan Eksistensi Budaya Jawa di Era Milenial

Oleh : Indah
FMIPA UNY

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai pulau atau daerah yang setiap daerahnya memiliki budaya dan keunikan masing-masing atau biasa disebut dengan kearifan lokal sehingga menjadikan Indonesia kaya akan keberagaman. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terkenal dengan keanekaragaman budayanya. Suku Jawa sangat menghormati warisan leluhurnya maka dari itu tradisi dan budaya sangat melekat dengan orang Jawa. Keragaman yang ada antara lain pakaian adat, makanan, lagu, tari, alat musik, ritual atau upacara adat dan masih banyak lagi. Budaya Jawa yang mengandung nilai-nilai luhur adalah bagian dari aset daerah dan juga bangsa yang harus dijaga dan terus dilestarikan agar menjadi kebanggaan atau identitas nasional bangsa Indonesia dan juga agar tidak luntur dan parahnya lagi hilang begitu saja. Memasuki era milenial yaitu adanya globalisasi dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tidak hanya memberikan dampak yang positif tetapi juga berdampak negatif salah satunya di bidang sosial dan budaya. Di era milenial ini, mirisnya, budaya Jawa mulai luntur. Untuk itu diperlukan strategi untuk meningkatkan eksistensi budaya Jawa.

Pembahasan
Era milenial ditandai dengan adanya globalisasi dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah yang sama. Awalnya, proses perkembangan globalosasi ditandao dengan kamjuan bidang teknologi dan komunikasi kemudian mempengaruhi sektor lain dalam kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan gagasan, tindakan, dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. globalisasi dan berkembangnya IPTEK menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus di jawab dan dipecahkan salah satunya di bidang budaya. Berikut merupakan penjabaran budaya Jawa beserta permasalahan yang muncul :

Bahasa
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang unik karena memiliki dua tingkatan yang penggunaannya berbeda-beda. Bahasa ngoko digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya atau yang lebih muda. Krama madya digunakan untuk orang yang setingkat namun menunjukkan rasa hormat dan lebih sopan. Krama inggil (halus) digunakan untuk seseorang yang lebih tua. Di Jawa juga terdapat aksara Jawa atau huruf Jawa. Generasi milenial khususnya yang berasal dari Jawa saat ini sudah jarang menerapkan unggah ungguh basa Jawa (biasanya hanya bahasa ngoko saja yang dipakai) bahkan tak sedikit yang tidak tahu-menahu tentang aksara Jawa. Generasi milenial lebih akrab dengan bahasa asing misalnya Inggris karena memang teknologi saat ini banyak menggunakan bahasa internasional. Selain itu generasi milenial lebih suka belajar huruf Korea (hangeul) atau Jepang (kanji) daripada belajar bahasa dan aksara Jawa. Meskipun sekarang ini bahasa asing terutama Inggris memang mutlak harus dipelajari, bahasa Jawa juga perlu dilestarikan setidaknya generasi muda mengenalnya agar bahasa Jawa yang telah ada sejak dulu dan asli dari Indonesia ini tidak hanya menjadi kenangan.



Pakaian adat
Kebaya merupakan atasan tradisional yang dikenakan khusus oleh kaum perempuan. Pemakaian kebaya dilengkapi dengan kemben, stagen, serta jarik. Kebaya sendiri masih banyak digunakan oleh generasi milenial seperti saat pergi ke acara penikahan, namun kebaya telah mengalami modifikasi menjadi lebih modern agar. Sedangkan untuk laki-laki terdapat atasan tradisional yang disebut dengan beskap dan surjan, pemakaiannya lebih jarang dibandingkan dengan kebaya karena biasanya hanya seperti di acara formal atau memperingati hari tertentu. Kain batik juga menjadi salah satu khas dari Jawa, penggunaan kain batik saat ini sudah cukup meluas dan mengikuti perkembangan jaman, mulai dari baju hingga tas dan masih banyak lagi. Pakaian adat atau kain batik memiliki nilai atau makna masing-masing, baik dari segi nama maupun corak (pada kain batik). Meskipun kelihatannya pakaian adat masih tren hingga saat ini, tak sedikit remaja yang terseret dalam arus globalisasi. Banyak yang meniru style pakaian barat yang terkesan kurang bahan, ketat, dan tentunya kurang sopan misalnya memakai hotpant atau mini skirt. 




Permainan tradisional
Di daerah Jawa banyak permainan tradisional yang melatih berbagai kemampuan. Contohnya dakon, benthik, gatheng, gobak sodor,bekel dan masih banyak lagi. Permainan tradisional biasanya dilakukan minimal dua orang sehingga tidak hanya sekedar bermain tetapi juga terdapat interaksi dengan orang lain. Saat ini generasi milenial tidak bisa lepas dengan yang namanya smartphone atau gadget, dengan benda sekecil itu mereka bisa mengakses banyak permainan baik online maupun offline yang membuat mereka bisa bertahan berjam-jam memainkannya. Semakin canggihnya teknologi membuat permainan tradisional mulai tergeser dan jarang dimainkan. 

permainan dakon
anak bermain gadget













Makanan khas
Jawa memiliki beragam makanan dan masakan yang kaya akan rasa dan menggunakan rempah-rempah yang khas. Salah satu masakan khas dari Jawa adalah gudeg yang sudah menjadi ikon wisata kuliner di Yogyakarta. Makanan khas atau lebih sering disebut jajanan dari Jawa cukup banyak dan didominasi rasa manis misalnya lain gethuk, semar mendem, klepon, cenil, tiwul, lopis, dll. Ada juga minuman khas yang memiliki banyak khasiat misalnya jamu, wedang secang, wedang uwuh, bandrek, sekoteng, dan sebagainya. Seiring dengan mudahnya produk luar masuk ke Indonesia, produk khas mulai berkurang peminatnya. Masyarakat terutama kalangan anak muda lebih memiliki minat terhadap junk food, fast food, soft drink, dan street food yang merupakan produk luar negeri dan sebenarnya kurang baik untuk kesehatan. Banyak yang menganggap produk khas ini sebagai produk kuno dan hanya cocok untuk orang tua saja, padahal sebenarnya dalam hal rasa, produk lokal ini tak kalah enak dibanding makanan luar negeri karena sesuai dengan lidah orang Indonesia. Dalam segi manfaat tentunya produk lokal sangat banyak manfaatnya dan terbuat dari bahan alami.

berbagai macam makanan tradisional
junk food, softdrink














Tembang
Tembang merupakan karya sastra yang berwujud susunan atau rangkaian kata dengan aturan tertentu yang disertai cara membaca yang dilagukan. Ada tiga jenis tembang yaitu tembang dolanan, klasik, dan modern. Tembang dolanan biasanya dinyanyikan anak-anak, syairmya lucu dan mengandung unsur pendidikan, contohnya ilir-ilir. Tembang klasik terikat dengan guru lagu, gatra, dan wilangan, jenisnya ada tembang gedhe, tengahan, dan sekar alit. Tembang modern atau campursari tidak ada aturan khusus dalam syairnya. Tembang Jawa dulu sering dinyanyikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya saat bermain, berkumpul dengan keluarga atau tetangga. Tembang Jawa terutama dolanan dan klasik saat ini sudah jarang dilagukan sebabnya adalah hanya sedikit orang yang tahu dan mau menyanyikan. Disisi lain, budaya dari luar mudah masuk ke Indonesia dan semakin banyak generasi milenial yang tertarik mempelajarinya salah satunya adalah lagu. Terdengar dimana-mana anak muda meng-cover lagu-lagu luar negeri padahal lagu khas daerahnya sendiri yang sejak lama sudah ada tidak mengenal apalagi menyanyikannya.

Tari
Jawa dikenal dengan tariannya yang lemah gemulai dan penuh makna, misalnya tari Serimpi dan Gambyong. Ada juga tari yang bersemangat misalnya Beksan Wireng dan Bambangan Cakil. Memang, belajar tari Jawa perlu ketelatenan karena banyak gerakan yang harus diperhatikan baik kaki maupun tangan. Saat ini dibanding berlatih tari Jawa, lebih banyak anak muda yang berlatih cover dance dan malah terkadang bukan hanya satu tarian saja bahkan dijadikan konten kumpulan cover dance. Seharusnya, jika tarian dari luar saja masuk ke Indonesia dan diminati banyak orang, sebagai generasi muda penerus bangsa, bukankah lebih baik kalau berlatih dengan baik dan menjadikan tari dari Indonesia bisa dinikmati banyak orang apalagi jika bisa sampai internasional.

Tari Gambyong

Karya sastra
Karya sastra Jawa berupa kakawin cerkak, geguritan, dll. Karya sastra semakin jarang ditemukan dan kurang terlihat perkembangannya. Unen-unen (parikan, wangsalan, cangkriman) juga jarang digunakan dalam komunikasi sehari-hari.



Pagelaran
Pagelaran wayang yang diiringi dengan gamelan eksistensinya mulai menurun. Saat ini pagelaran diadakan hanya pada waktu tertentu misalnya hari jadi kota. Hal ini terjadi karena semakin sedikitnya orang yang bisa memainkan gamelan maupun menjadi dalang. Tak banyak generasi muda yang mau belajar memainkan gamelan, padahal terkadang yang turis datang ke Jogja ataupun daerah di Jawa mau belajar memainkannya. Jika turis saja tertarik dengan budaya Jawa, mengapa kita yang seharusnya melestarikannya malah kurang berminat.

Upaya meningkatkan eksistensi budaya Jawa di era milenial

1.   Memperkaya pengetahuan tentang budaya
Pemerintah telah memasukkan pelajaran Bahasa Jawa ke dalam muatan lokal di sekolah mulai dari sekolah dasar. Dengan begitu generasi muda dapat memperkaya pengetahuannya tentang budaya Jawa. Tak hanya di sekolah saja, generasi muda bisa menggali informasi mengenai budaya Jawa melalui sesepuh karena biasanya beliau paham betul dengan budaya Jawa.

2.   Pengalaman budaya atau culture experience
Tahu tentang budaya tetapi tidak bisa melestarikannya akan menjadi sia-sia. Culture experience merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. Misalnya untuk tari dan tembang, masyarakat terutama generasi muda dapat belajar dan berlatih untuk menguasai tarian daerah dan juga berlatih nembang sehingga nantinya bisa ditampilkan diacara tertentu atau jika ada festival budaya. Dengan begitu, tidak hanya sekedar tahu tentang budaya tetapi juga dapat melestarikannya.


3.   Membuat karya atau produk
Untuk melestarikan budaya, masyarakat dapat membuat karya misalnya tari kreasi, geguritan, cerkak, maupun tembang (lagu). Selain sebagai pengaplikasian pengetahuan yang dimiliki, membuat sebuah karya akan memperkaya budaya. Pembuatan produk misalnya makanan khas, belajar bagaimana membuat makanan khas daerah atau misalnya membatik dan dijadikan taplak meja. Saat ini cukup banyak lagu Jawa modern yang bermunculan dan digemari masyarakat, salah satu tokoh terkenal yang menciptakan banyak lagu Jawa adalah Alm Didi Kempot. Hal ini dapat memotivasi anak muda untuk berkarya. Budaya Jawa juga bisa populer seiring dengan berkembangnya jaman jika ada usaha melestarikannya.


4.   Publikasi budaya
Agar budaya Jawa dapat dinikmati oleh masyarakat luas maka perlu diadakan publikasi dan penyebarluasan dengan memanfaatkan perkembangan IPTEK. Dapat dilakukan oleh pemerintah atau generasi muda yang tentunya sudah akrab dengan teknologi. Misalnya dapat membuat web, youtube channel, atau media sosial yang memberikan informasi mengenai budaya Jawa. Tujuannya untuk edukasi maupun kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Anak muda dapat mengupload penampilan tari mereka misalnya di youtube channel atau membuat konten-konten kreatif tentang budaya Jawa. Selain itu dapat membuat aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan budaya Jawa baik untuk edukasi maupun hiburan, misalnya aplikasi kawruh basa, sinau aksara jawa, game dakon, dan lain-lain. Dengan memanfaatkan teknologi, budaya Jawa dapat dinikmati oleh banyak orang sehingga keberadaannya akan semakin terlihat (eksis).

aplikasi permainan dakon di android

5.   Mengadakan kegiatan yang bernuansa budaya
Kegiatan bernuansa budaya diadakan agar budaya tetap terjaga. kegiatan ini dapat berupa festival budaya, lomba terkait budaya (tari kreasi, karya sastra, permainan tradisional, dll), maupun belajar bersama tentang budaya Jawa. Belajar bersama ini misalnya dilakukan pada hari minggu, terdapat satu atau beberapa orang (tentor) yang mengajarkan tentang budaya Jawa seperti tari, menulis aksara Jawa, nembang, dll. Dapat juga diadakan dolanan bareng yaitu kegiatan dimana anak-anak atau masyarakat memainkan permainan tradisional.
festival budaya
permainan benthik


6.   Peraturan penggunaan pakaian adat dan bahasa daerah
Pemerintah memberlakukan aturan penggunaan pakaian adat untuk memperingati hari tertentu, misalnya di Jogja, setiap kamis pahing warga sekolah diwajibkan menggunakan pakaian adat. Selain itu ada beberapa sekolah yang memberlakukan aturan sehari berbahasa daerah yaitu dalam satu hari yang telah ditentukan, warga sekolah wajib berkomunikasi menggunakan bahasa daerah. Tujuannya tak lain adalah untuk melestarikan budaya Jawa dan juga agar masyarakat bangga terhadap budaya yang dimilikinya. 


Daftar pustaka
Nahak, Hildigardis. 2019. Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Sosiologi Nusantara, 5(1), 65-76.

Postingan populer dari blog ini

UYON-UYON

CERKAK

RESENSI NOVEL HUJAN